Misteri di Balik Kisah 'Peniup Seruling dari Hamelin'

Discussion in 'Berita, Info dan Bacaan' started by AyoChat.Bots, Jun 27, 2015.

ShortURL:
  1. AyoChat.Bots

    AyoChat.Bots Team Ayochat Staff Member

    [​IMG]Malapetaka menimpa Kota Hamelin di Jerman. Entah dari mana asalnya, ribuan tikus tiba-tiba menyerbu masuk ke rumah-rumah & gudang, menggerogoti apapun yg bisa dimakan: gandum, persediaan pangan, kain, perabotan, bahkan kayu & atap bangunan. Meninggalkan kotoran & kerusakan di mana pun mereka berada.

    Seperti yg dikutip dari liputan6.com, Kala itu, pada 1284, 90 persen warga kota hidup dalam kemiskinan ekstrem, kelaparan, & berjuang untuk memberi makan keluarganya. Hewan pengerat itu menjadi ancaman besar.

    Dari kejauhan, tampak noktah-noktah hitam di paving jalanan di pusat kota. Ternyata, itu adalah tikus yg bergerombol & bikin begidik siapa pun yg melihatnya.

    Penduduk pun dilanda nestapa. Makanan kian langka, kalau pun ada telah bercampur dengan kotoran tikus. Kuman-kuman penyakit bertebaran, satu per satu orang jatuh sakit.

    Segala upaya telah dilakukan. Namun, sekeras apapun usaha dikerahkan, tikus-tikus seakan justru bertambah banyak.

    Suatu hari, muncullah seorang pria berpakaian warna warni, mengaku sebagai pengusir tikus. Maka kesepakatan pun dibuat, jika si pendatang berhasil mengusir hama, maka ia akan mendapat imbalan dalam jumlah besar.

    Orang asing itu pun beraksi, ia memainkan seruling ajaib, suaranya yg merdu memikat para tikus yg segera keluar dari rumah & liang, mengikuti sang peniup suling.

    [​IMG]Dongeng ‘Peniup Suling dari Hamelin’ berdasarkan kisah nyata?



    Terhipnotis dengan alunan suling, para tikus tak sadar telah berada di pinggir Sungai Weser, tercebur dalam airnya, & kemudian tenggelam. Kecuali 1 ekor.

    Setelah berhasil menunaikan tugasnya, si peniup seruling / Pied Piper menagih janji pada walikota — yg kemudian ingkar. Ia yg berang bukan main meninggalkan kota, & bersumpah akan kembali untuk menuntut balas.

    Hari itu, 26 Juni 1284, bertepatan dengan Hari Yohanes & Paulus, Pied Piper kembali ke kota, dengan pakaian berburu berwarna hijau. Kala itu dikisahkan, orang-orang dewasa sedang berada di gereja.

    Ia kembali memainkan serulingnya. Kali itu ia menghipnotis 130 anak di desa, yg mengikutinya dengan senang sambil melompat kegirangan, menuju pegunungan.

    Kali terakhir anak-anak malang itu terlihat jalanan Bungelosenstrasse. Setelahnya, mereka tak pernah pulang.

    [​IMG]

    Kisah tersebut diyakini bukan sekedar dongeng / legenda. Ada muatan fakta di dalamnya. Apalagi, Hamelin / Hameln adalah kota yg nyata di Jerman, berada dekat Hanover.

    Kisah peniup seruling membuat para turis berdatangan ke sana bahkan sejak 300 tahun lalu.

    Namun, bukan mudah untuk mengonfirmasi kebenarannya. Seperti Liputan6.com kutip dari situs History Channel Australia & New Zealand, ada banyak teori tentang asal usul kisah tersebut.

    Salah satu versi menyebut, kisah tersebut lahir dari sebuah tragedi dahsyat di desa itu, yg mungkin adalah wabah penyakit seperti ‘Maut Hitam’ (Black Death) / pes — yg menyebabkan kematian massal di kalangan anak-anak. Dalam konteks tersebut, figur Pied Piper bisa jadi adalah representasi kematian, yg sering digambarkan pada Abad Pertengahan, sedang meniup seruling.

    Namun, Maut Hitam, wabah yg disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis yg disebarkan hewan pengerat, terutama tikus tak mewabah pada 1284, baru melanda Eropa pada akhir abad ke-14 (1347 1351). Ada lagi yg menyebut, para bocah menderita penyakit St Vitus’ Dance.

    Lainnya menduga, anak-anak itu menjadi tumbal dalam ritual Pagan di Gunung Koppen, yg letaknya beberapa kilometer dari kota.

    Atau, kisah tersebut mungkin berakar dari fenomena migrasi yg dikenal sebagai Ostsiedlung, pergerakan rakyat Jerman pindah ke arah timur selama Abad Pertengahan. ‘Anak-anak yg hilang’ mungkin cara yg puitis untuk mengatakan bahwa Kota Hamelin mengalami eksodus massal penduduknya.

    Ada juga yg menduga, sang peniup suling yg berpakaian flamboyan adalah petugas perekrut yg berkampanye, meyakinkan banyak orang untuk meninggalkan kota.

    “Dia (perekrut) mengatakan, kau punya harapan baru di tempat yg baru. Jadi, ikut aku,” kata akademisi Profesor Juergen Udolph, seperti dikutip dari BBC.

    Sementara, seperti dikutip situs Today I Found Out, ada sebuah jendela kaca patri ditempatkan di Gereja Hamelin pada tahun 1300, untuk memperingati kejadian tersebut, namun telah hancur pada 1600-an.

    Konon, di kaca itu melukiskan seorang pria dengan pakaian berwarna-warni dikelilingi oleh anak-anak berpakaian putih. Tidak ada tikus yg terlihat. Pied Piper sebagai penangkap tikus tak pernah disinggung hingga 1550-an.

    Konten ini didapat dari internet. Tidak diketahui kebenarannyan 100%. Silahkan lakukan research lanjutan tentang bacaan ini.

    Enjoy!
ShortURL: